Photobucket
▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲

Jumat, 04 November 2011

Alangkah Lucunya Negeri Ini

Satu lagi hasil karya anak bangsa berkualitas dalam bidang perfilman, Alangkah Lucunya Negeri Ini. Film hasil kolaborasi antara Musfar Yasin sebagai penulis dan Deddy Mizwar sebagai sutradara, menghasilkan suatu film yang selain berkualitas, namun juga memberikan suatu efek bagi yang menontonnya.Fiilm ini diperanoleh kan oleh Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia, dan Teuku Edwin.
Film ini dimulai dengan menggambarkan seorang pemuda, lulusan S1 Managemen yang bernama Muluk. Seperti lulusan S1 yang lain, Muluk berupaya mencari pekerjaan dengan berbekal ijazah yang ia miliki. Keluar masuk perusahaan untuk melamar pekerjaan ternyata tidak membuahkan hasil yang nyata baginya. Sudah 2 tahun ia menganggur. Namun, Muluk tidak pernah putus asa. Muluk selalu mencari peruntungan yang ada meskipun ia bukan seseorang yang beruntung.
Sampai akhirnya di suatu pasar yang sangat ramai, Muluk menangkap basah seorang anak laki-laki bernama Komet yang ketahuan sedang mencopet. Pertemuan dengan Komet ternyata membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu memperkenalkan pada bosnya, Jarot.
Perkenalan Muluk dan Jarot menghasilkan kesepakatan bahwa Muluk akan bekerjasama dengan para pencopet tersebut untuk mengelola keuangan hasil copet mereka. Muluk meminta imbalan 10%  dari hasil copet mereka. Tujuan Muluk adalah agar hasil copet mereka dapat terkelola secara professional dan akhirnya dapat dijadikan sebagai modal usaha agar tidak perlu menjadi pencopet lagi.
Usaha yang  dikelola Muluk membuahkan hasil yang lumayan, namun di hati kecilnya mempunyai niat untuk mengajak para pencopet agar mau mengubah profesi mereka. Dibantu dengan dua temannya, Samsul dan Pipit, yang juga sarjana pengangguran, Muluk meminta tolong pada mereka untuk mengajarkan dan mendidik pencopet-pencopet tersebut tentang agama, budipekerti  dan kewarganegaraan.
Samsul lulusan Sarjana Pendidikan yang sebelumnya hanya bermain gaple saja, akhirnya membantu Muluk untuk mendidik para pencopet tentang budi pekerti dan kewarganegaraan. Sedangkan, Pipit yang sehari-harinya hanya mengurusi kuis-kuis di televisi dan mengirim undian berhadiah kemana-mana, Muluk akhirnya mengajak Pipit untuk bekerjasama mendidik para pencopet tentang agama.
Namun, permasalahan tiba. Pak Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk memaksa hendak melihat tempat kerja Pipit, Muluk dan Samsul. Mereka sangat terkejut sewaktu mengetahui bahwa anak-anak mereka rupanya bekerja untuk para pencopet dan yang lebih menyakitkan hati mereka, bahwa makanan yang selama ini mereka makan berasal dari uang hasil copet.
Lalu, apa yang akan dilakukan orangtua mereka setelah mengetahui kenyataan seperti itu?
Bagaimana nasib para pencopet tersebut?
Film ini sebenarnya merupakan suatu sentilan kecil untuk pemerintah. Setidaknya dengan menonton film ini, pemerintah benar-benar mengerti keadaan negeri ini. Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan. Tidak tahu karena terlalu sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada atau terlalu banyak lulusan S1 yang ada.
Film ini berkualitas dan menghibur. Tidak hanya keseriusan saja yang ditampilkan di dalam film ini, tetapi lelucon “segar” dan sedikit sindiran tentang situasi negeri ini yang membuat penonton tidak akan merasa bosan.
Banyak yang bisa ditelaah dari film ini, baik dari segi alur ceritanya dan pesan yang disampaikan dalam cerita. Satu film yang wajib ditonton oleh bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar