Photobucket
▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲▼▲

Jumat, 23 Desember 2011

Carok, Simbol 'Kekuatan' Orang Madura

Sudah banyak orang yang tahu bahwa tradisi yang berasal dari Madura ini sangat berbahaya. Carok merupakan tradisi asli Madura yang sampai sekarang masih banyak yang menerapkan. Sebuah tradisi yang menggunakan celurit sebagai senjata perlawanan. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Biasanya mereka (orang Madura) melakukan carok jika mereka merasa terganggu atau tidak terima terhadap perlakuan orang lain. Kebanyakan orang Madura, tradisi carok digunakan untuk mempertahan harga dirinya jika dia merasa direndahkan.

Carok bagi orang Madura sendiri merupakan simbol 'kekuatan' untuk mempertahankan diri. Dahulu, carok adalah cara yang digunakan orang Madura sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap pemerintahan Belanda pada zaman itu. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Pada jaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, membunuh menggunakan pedang atau keris. Senjata celurit baru muncul pada zaman Pak Sakera.

Celurit digunakan sakera sebagai simbol perlawanan rakyat terhadap Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan atau penjahat. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat Madura memiliki mindset bahwa setiap persoalan harus diselesaikan menggunakan celurit.

Tidak semua orang Madura seperti itu. Masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, sopan santun, berkata lembut, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan senjata celurit, dan sebagainya adalah dari kalangan masyarakat santri. Sampai sekarang, budaya carok dan menggunakan celurit untuk menghabisi lawannya masih tetap ada, baik itu di Bangkalan, Sampang, maupun Pamekasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar